Selasa, 26 November 2013

Cara Meningkatkan Rating Komputer pada Win7

Awalnya sih saya bingung, ko bisa rating netbook temen-temen saya bisa lebih tinggi dari rating netbook saya. Padahalkan Specifikasinya tidak jauh beda!
Selidik demi selidik saya semakin penasaran. Lalu bertanyalah saya pada “MBAH GOOGLE”!heeeeeeee”
SAYA :         “mbah gimana si cara meningkatkan rating pada win7?”
MBAH GOOGLE     :         “ngene le tak ajarke” (dengan nada khas kejawen) hehehe”
Langsung ja sob ni dia cara-caranya     :
1.     Masuk ke partisi System (normalnya C)
2.    Pilih folder WINDOWS
3.    Masuk ke folder PERFORMANCE
4.    Masuk ke folder WinSAT
5.    Cari file “Formal.Assessment (Recent).WinSAT.XML” (biasanya terletak paling bawah)


                         
6.    Cut file tersebut ke desktop (terserah mau di pindahkan kemana, yang jelas terkadang file tersebut tidak bisa kita edit pada folder asal)
7.    Edit file yang telah kita pindahkan ke desktop tadi dengan cara “klik kanan” pilih “edit” (dengan notepad)
8.    Pilih “edit” lalu “find next” ketikkan <WinSPR>
9.    Akan muncul rating PC anda, ubah sesuai selera anda (dalam hal ini rating saya menjadi 7.4)
              
10. Lalu tinggal kita save dan kita cut lagi file tersebut pada tembap asalnya.
Hasilnya :
Sekian, terima kasih!!!

masalah sein?

Banyak yang pasang bohlam sein model LED. Namun enggak mau kedip. Tak ayal pemilik motor bingung. Menurut Wira Sentosa dari SACS spesialis peramu lampu LED memang bisa begitu. Apa sebabnya?
Karena beda watt bohlam LED dan bohlam biasa sangat jauh. “Satu LED besar, hanya 0,007 ~ 0,008 watt. Kalau pakai 5 jumlahnya masih di jauh bawah 1 bohlam sein asli yang 5 watt. “Karena sangat kecil, akibatnya flasher tak bisa mengirim sekaligus membagi arus. Membuat lampu sein tidak bisa berkedip,” ucap pria dari Jl. Raya Pondok Gede, Jakarta Timur.
Saran Wira, biar lampu sein model LED berkedip normal, pilihannya ada 2. Pertama, ganti flasher khusus buat lampu LED yang dijual di pasaran. Cara lain kabel positif-negatif ke lampu sein dikasih beban lagi. Sehingga setrum ke lampu LED tetap tersedia tanpa mengurangi beban arus ke sein.
Tambah beban di kabel sein masih bisa pakai flasher asli dan tak harus ganti flasher khusus LED. Sebab arus listrik dari flasher leih dulu ke beban tambahan, sebelum lebihan arus dialirkan ke lampu LED. Makanya flasher masih bisa bikin lampu sein berkedip.
“Tambah beban bisa pakai bohlam asli di tiap kabel sein. Paling gampang dari kabel lampu sein dicabang soket lampu LED. Lalu lampu sein asli bisa diumpetkan di cover bodi. Biar aman, soket lampu sein asli diamankan pakai isolasi,” wanti Wira yang juga jual flasher khusus LED untuk semua motor seharga Rp 25 ribuan. Ayo pilih mana?

Senin, 25 November 2013

BIKIN LAMPU SEIN NYALA BERSAMA ( HAZARD )

membuat lampu sein dimotor supaya nyala bersamaan dan berkedip-kedip tetapi tidak mempengaruhi fungsi sein nya apabila kita mau belok ke kiri atau ke kanan. 
Yang blom tau, hazard adalah tanda bahaya/darurat, kalo di kendaraan bermotor, umumnya roda empat, tanda hazard berupa keempat sein menyala berbarengan.
Cara pertama, simpel & vulgar
Kebanyakan user rela memodifikasi fungsi sein ke hazard dengan men”jumper” kedua jalur sein kiri & kanan. Tentu aja fungsi sein nggak ada lagi, karena meski saklar sein di-klik ke kanan/kiri, tetap keempat lampu sein nyala berbarengan. Dulunya saya pakai trik ini  Kendalanya, cukup repot kalo mau berbelok arah karena pengendara lain nggak tau ke mana kita mau berbelok. Dan tentu cara ini menyalahi peraturan lalin. Jadi, lupakan! 
Cara kedua, masih tergolong simpel …
Mirip seperti cara pertama tapi kali ini menggunakan saklar tambahan yang dikhusus tuk menyalakan hazard. Saklar yang digunakan bertipe DPST (dual-pole single-throw) … saklar ini punya 4 terminal.
Sein+Hazard sederhana
Dengan cara di atas, fungsi sein masih bisa digunakan. Kendalanya, kalo hazard sedang aktif, fungsi sein nggak bisa digunakan. Jadi kalo mau berbelok arah, hazard harus dimatikan dahulu (dengan meng-klik sakelar hazard), kemudian klik sakelar sein untuk menyalakan sein … Kadang ribet juga :D
Cara ketiga, dengan menggunakan modul (rangkaian elektronik) khusus untuk mengendalikan fungsi sein dan hazard. Modalnya nggak banyak … cuma perlu:
2 buah relay DPDT (dual-pole dual-throw) 8-kaki …
Relay DPDT 8-pin
… 2 butir resistor 82~100 ohm 1/4 watt …

Resistor 82 ohm
… 4 butir diode rectifier 1A (saran saya, gunakan yang 1.5A atau 3A) …

Diode rectifier 1A
… 1 buah saklar SPST (single-pole single-throw) …

Sakelar SPST (OFF-ON)
beberapa potong kabel (kalo bisa warnanya sama seperti warna kabel-kabel di motor), sekeping kecil PCB polos satu layer (ukuran 4.5X3.0 cm), dan boks untuk menyimpan rangkaian/modul.
Ini print-out PCBnya (format CorelDRAW X4) … langsung print, cetak ke PCB, dan rakit komponennya :)
novaera_sein-hazard (rename .doc menjadi .cdr)
Ini layout rangkaian dan wiring-nya …
Sein+Hazard Layout
Setelah rangkaian selesai dirakit, saatnya instalasi di motor … Ini contoh pemasangan modul “Sein-Hazard” di motor Honda :)
Instalasi modul "Sein+Hazard"
Nah, dengan modul ini, ketika hazard sedang menyala, trus saklar sein dinyalakan, hazard akan OFF sementara, dan kemudian otomatis menyala kembali ketika sein dimatikan. Jadi nggak harus mematikan hazard terlebih dahulu untuk menyalakan sein.

penggunaan dan pemeliharaan flasher

Flasher

Flasher adalah komponen pemberi sinyal positif (+) yang memiliki frekuensi tetap, misalnya 2,5 kali per detik. Karena flasher memberikan sinyal positif (+), maka bohlam yang mendapat sinyal positif (+) dari flasher tersebut akan hidup dengan sendirinya.[2]
Pada umumnya flasher memiliki dua tipe:
1. Flasher electronic
Dalam prosesnya flasher electronic memanfaatkan rangkaian timer/rangkaian flip-flop yang dapat memberikan sinyal on/off.[2]
2. Flasher bimetal
Flasher bimetal memanfaatkan pemuaian metal akibat dari pemanasan. Cara kerjanya cukup sederhana, plat warna merah mengalami pemanasan akibat adanya kumparan yang melilit plat warna merah tersebut. Ketika memuai maka plat akan melengkung yang mengakibatkan terminal kontak berpisah. Ketika terminal kontak berpisah maka plat akan mengalami pendinginan dan mulai menyusut. Ketika plat menyusut, terminal kontak akan kembali bersentuhan yang mengakibtakan terjadi arus pemanasan lagi. Begitu terus berulang-ulang hingga dimatikan.[2]

Saklar sein

Saklar merupakan sebuah perangkat yang berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan aliran listrik. Saklar pada sein bertugas untuk membagi sinyal positif (+) dari flasher yang akan ditujukan untuk bohlam kanan atau kiri. Saklar sein pada umumnya terdiri atas tiga terminal, yaitu satu terminal yang berada di tengah dan dua terminal pembagi yang berada di kiri dan kanan. Alat ini bekerja sesuai dengan perintah, ketika saklar di geser ke kanan maka terminal yang berada di tengah akan menyalurkan sinyal positif (+) ke terminal sebelah kanan yang kemudian diteruskan ke bohlam kanan. Sehingga lampu sein sebelah kanan akan menyala berkedip-kedip. Begitu juga sebaliknya, jika saklar di geser ke kiri maka terminal yang berada di tengah akan menyalurkan sinyal positif (+) ke terminal sebelah kiri yang kemudian diteruskan ke bohlam bagian kiri. Sehingga menyalalah lampu sein sebelah kiri.[2]

Bohlam

Bohlam merupakan satu dari komponen lampu sein. Karena jika tidak ada bohlam maka lampu sein tidak akan menyala walau saklarnya dihidupkan. Setiap bohlam memiiliki spesifikasi yang berbeda. Jadi seandainya bohlam rusak atau mati, diganti dengan bohlam yang memiliki spesifikasi yang sama. Karena jika watt dari bohlam yang diganti lebih kecil akan terjadi kedipan yang lebih cepat dari biasanya. Atau jika diganti dengan watt yang lebih besar maka akan merusak flasher.[2]

Kegunaan

1. Sebagai tanda belok
Ketika berada dalam tikungan, pertigaan, atau perempatan pengguna kendaraan wajib memberikan tanda sein kemana mereka akan menuju selanjutnya. Ini berfungsi untuk memberitahu atau memberikan suatu isyarat kepada pengendara lain baik yang di depan, belakang, maupun yang di samping agar tidak menyalip dari arah tertentu.[3]
2. Sebagai tanda untuk mendahului kendaraan di depan
Ketika pengguna kendaraan ingin menyalip kendaraan lain di depan yang lebih lambat, maka wajib memberikan tanda sein agar pengguna kendaraan yang di depan bisa melihat isyarat yang dimaksudkan.[3]
3. Sebagai tanda informasi untuk kendaraan dari arah berlawanan
Ketika pengguna kendaraan melihat kendaraan lain dari arah berlawanan sedang berada dalam jalurnya dan berada dalam jarak yang cukup dekat maka pengguna kendaraan wajib memberikan tanda sein kepada kendaraan lain dari arah berlawanan tersebut untuk segera keluar dari jalurnya. Sehingga tidak terjadi kecelakaan akibat tabrakan dari arah berlawanan.[3]
4. Sebagai tanda pindah jalur
Ketika pengguna kendaraan sedang berada dalam jalur dari jalan yang mempunyai beberapa jalur, dan akan pindah ke jalur lainnya di jalan yang sama maka wajib memberikan tanda sein agar pengguna kendaraan lainnya yang ada di belakang maupun yang dari arah berlawanan tahu dan tidak menyalip terlebih dahulu. Ini sangat penting agar tidak terjadi kecelakaan yang diakibatkan oleh kesalahpahaman antar pengguna kendaraan.[3]

Lampu Hazard

Lampu Hazard sering dikaitkan dengan lampu sein karena berada pada tempat yang sama. Bedanya ketika lampu hazard dihidupkan maka lampu sein kanan kiri akan hidup secara bersamaan. Dan ketika lampu hazard ini dihidupkan maka penggunaan lampu sein tidak akan berfungsi karena tertutup oleh lampu hazard yang sedang menyala. Lampu hazard adalah lampu yang khusus digunakan ketika sebuah mobil atau kendaraan sedang mengalami masalah. Dengan menghidupkan lampu hazard, mobil atau kendaraan yang sedang mengalami masalah dapat memberikan isyarat kepada pengguna kendaraan lain bahwa kendaraan sedang mengalami masalah.[4] Penggunaan lampu hazard sangat disarankan digunakan ketika mobil atau kendaraan dalam keadaan berhenti atau menepi di pinggir jalan.

FULLWAVE ELECTRICAL CHECKUP

AFAWK – as far as we know :D sistem kelistrikan pada sepeda motor terdiri dari 3 komponen penting:
  1. Alternator (terdiri dari stator/spul + rotor magnet), fungsinya untuk menghasilkan listrik (AC) hasil konversi energi gerak
  2. Regulator (kiprok), fungsinya untuk mengkonversi listrik AC menjadi DC (rectifying) dan membatasi voltase output (regulating). Listrik DC ini nantinya didistribusikan ke aki (charging) dan pernak-pernik elektrik lainnya yang membutuhkan listrik DC.
  3. Batere (aki), fungsinya sebagai sumber listrik DC dan menyimpan energi listrik.
Ketiga komponen tersebut HARUS dalam kondisi baik agar menghasilkan listrik yang optimal. Kalo salah satunya KO, sedikit/banyak bakal mempengaruhi kelistrikan secara keseluruhan … Selain ketiga komponen tersebut, bagian penting lain yang juga harus selalu terjaga kondisinya adalah KABEL listrik sebagai “jalan raya” bagi arus listrik.
Skema kelistrikan dasar
Skema kelistrikan dasar
Ada kalanya hasil modifikasi sistem kelistrikan fullwave nggak semulus yang diharapkan. Output nggak optimal, tekor, dll. Apa yang salah? Apa ada yang rusak/error? Yok, kita cek pelan-pelan … tapi tolong siapkan dulu multimeter digitalnya :) bagus lagi kalo ada tang ampere sekalian :D
A. Cek Stator (Spul)
  1. Cabut soket kabel stator.
  2. Cek “continuity” kawat kumparan stator:
    1. Set multimeter pada range “continuity” (biasanya berupa simbol buzzer atau dioda)
    2. Posisikan probe (tester) merah pada salah satu jalur spul pengisian (titik A pada skema di atas) dan probe hitam pada jalur spul pengisian yang satu lagi (titik B pada skema di atas).
    3. Jika multimeter berbunyi, jalur kumparan dalam kondisi baik (nggak ada yang putus). Jika nggak berbunyi, berarti kabel atau kawat kumparan ada yang putus.
  3. Cek “continuity” kumparan stator terhadap ground:
    1. Set multimeter pada range “continuity” (biasanya berupa simbol buzzer atau dioda)
    2. Posisikan probe (tester) merah pada salah satu jalur spul pengisian (titik A pada skema di atas) dan probe hitam pada ground/massa/rangka.
    3. Jika multimeter berbunyi, berarti kumparan masih terhubung dengan ground.
    4. Lakukan hal yang sama pada jalur spul yang lainnya (titik B pada skema di atas).
    5. Untuk stator multi-phase (3-phase atau lebih), caranya sama untuk tiap-tiap jalur spul pengisian.
  4. Ukur hambatan kawat kumparan stator:
    1. Set multimeter pada range “200 ohm”
    2. Posisikan probe (tester) merah pada salah satu jalur spul pengisian (titik A pada skema di atas) & probe hitam pada jalur spul pengisian yang satu lagi (titik B pada skema di atas)
    3. Nilai hambatan yang terbaca di multimeter harus < 1 ohm.
    4. Jika > 1 ohm, kawat kumparan sudah dalam kondisi jenuh dan harus diganti (gulung ulang).
    5. Jika angka di multimeter nggak bergeming, berarti ada jalur yang putus (kabel ataupun kawat kumparan stator).
  5. Ukur output stator:
    1. Pastikan aki dalam kondisi full-charge (untuk motor dengan CDI DC).
    2. Nyalakan mesin motor pada RPM idle dan beban listrik minimum (lampu utama & lampu senja OFF).
    3. Set multimeter ke range “200V AC”.
    4. Posisikan probe (tester) merah & hitam pada masing-masing output spul (titik A dan B pada skema di atas).
    5. Minimal output stator nggak kurang dari 10V AC. Jika kurang dari itu, kemungkinan stator short atau nge-ground. Jika short, gulung ulang atau ganti baru! Jika nge-ground, cek lagi dari langkah awal :D
B. Cek Regulator
  1. Pasang kembali soket kabel stator.
  2. Ukur output stator:
    1. Ukur output stator seperti pada langkah A5 dan bandingkan dengan hasil ukur pada langkah A5.
    2. Jika selisih/turun banyak, kemungkinan regulator short (shunting). Ganti regulator!
  3. Ukur output regulator:
    1. Set multimeter pada range “20V DC”.
    2. Posisikan probe (tester) merah pada terminal positif aki & probe hitam pada terminal negatif/ground aki.
    3. Nyalakan mesin pada RPM idle dengan lampu utama & lampu senja OFF.
    4. Nilai voltase yang terbaca musti naik secara bertahap … misal 11.9V, 12.0V, 12.3V, dst.
    5. Naikkan RPM ke kisaran 3000. Nilai voltase yang terbaca bisa naik hingga 14~15V DC, atau paling nggak lebih tinggi dibanding voltase pada RPM idle.
    6. Jika voltase cenderung menurun seiring kenaikan RPM, kemungkinan regulator short. Ganti regulator!
    7. Jika voltase naik > 16V atau lebih, kemungkinan sirkuit limiter voltase pada regulator rusak. Ganti regulator!
C. Cek Batere (Aki)
    1. Pastikan kunci kontak pada posisi OFF.
    2. Lepas semua kabel yang terpasang di terminal negatif dan positif aki. Pastikan dimulai dari terminal negatif dahulu!
    3. Ukur voltase aki:
      1. Set multimeter pada range “20V DC”
      2. Posisikan probe (tester) merah pada terminal positif aki & probe hitam pada terminal negatif/ground aki.
      3. Pada kondisi full-charged, voltase aki pada kisaran 12.7~12.8V.
      4. Pada kondisi low, voltase aki pada kisaran 12.3V.
      5. Jika voltase aki turun dengan cepat, kemungkinan aki soak/rusak. Ganti aki!
    4. Ukur tingkat kebocoran arus listrik:
      1. Pasang kembali kabel-kabel yang terhubung di terminal positif aki.
      2. Set multimeter pada range “20mA”.
      3. Posisikan probe (tester) merah pada terminal negatif aki & probe hitam pada kabel ground aki.
      4. Nilai arus yang terbaca nggak boleh > 0.5mA. Jika lebih, kemungkinan ada jalur/kabel yang short.
    5. Self-Discharge:
      1. Aki otomatis mengalami pengosongan secara berkala (self discharge) meski dalam kondisi gak terpasang. Secara umum, 1% kapasitasnya berkurang setiap hari, dan bergantung suhunya. Pada suhu panas bakal lebih cepat dan pada suhu dingin bakal lebih lambat.
D. Cek Fuse (Sikring)
    1. Cek masing-masing fuse dan pastikan dalam kondisi baik (nggak putus atau meleleh).
    2. Cek terminal fuse dan pastikan fuse terpasang dengan ketat.

INSTALASI REGULATOR HONDA TIGER

Kalo ditulis satu per satu secara rinci modifikasi sistem kelistrikan fullwave (FW), bakal nggak muat blog ini karena begitu bejibun merk dan model sepeda motor yang beredar di pasaran :D
Jadi saya coba bahas prinsip dasarnya modifikasi fullwave yang bisa dipraktekkan ke semua model sepeda motor … selama dia memiliki alternator, regulator, dan aki tentunya :D
Syarat pertama modifikasi sistem kelistrikan fullwave:
Kawat kumparan stator (spul) pada alternator TIDAK BOLEH ada yang  terhubung ke ground/massa (earthing). Jadi, semua ujung kawat kumparan (output) HARUS nancep LANGSUNG ke Regulator sebagai “AC_INPUT”.
Pada kebanyakan motor bebek/matik dengan sistem kelistrikan halfwave, salah satu output stator terhubung ke ground … baik secara langsung atau melalui kabel ground.
Stator half-phase
Simbol stator half-phase
… tampak bahwa salah satu output / ujung kawat kumparan stator masih terhubung ke ground/massa.
Diagnosanya simpel:
Cabut soket kabel stator => set multimeter digital ke “continuity mode” => colok probe (pen tester) merah pada output “charging” dan probe hitam pada ground/rangka. Jika multimeter berbunyi, artinya kumparan stator masih terhubung dengan ground.
Sesuai syarat, ujung kawat yang terhubung ke ground harus dicabut/diangkat dari ground. Contohnya pada stator Honda Beat di bawah ini:
Kawat spul dicabut dari ground
Ujung kawat yang telah dicabut tadi, kemudian disambung dengan kabel baru sebagai AC_INPUT menuju regulator (kiprok) fullwave. Sesuai panjang kabel agar bisa terpasang pada regulator.
Dan jika ada, output lampu juga dicabut (boleh dari tab stator, boleh dari soket stator), karena nggak dipakai. Dengan begitu seluruh kumparan bakal digunakan sebagai AC_INPUT menuju regulator fullwave.
Modifikasi stator half-phase
Jangan lupa, sambungan antara kawat kumparan dan kabel harus terisolasi dengan baik. Gunakan heatshrink tube atau selang bakar!
Secara skematik, modifikasi stator digambarkan seperti ini:
Modifikasi stator half-phase menjadi single-phase
Jika sudah, cek lagi dengan multimeter digital … set ke mode “continuity” => colok probe merah ke salah satu output stator dan probe hitam ke bodi stator => Multimeter harus tidak berbunyi menandakan kawat kumparan tidak lagi terhubung dengan ground.
Syarat kedua modifikasi sistem kelistrikan fullwave:
Menggunakan regulator yang emang didesain untuk mengkonversikan listrik AC ke DC secara fullwave.
Regulator fullwave minim punya dua AC_INPUT (jika 1-phase) atau tiga AC_INPUT (jika 3-phase). Contoh di bawah adalah Regulator 1-phase milik Honda Tiger:
Regulator fullwave milik Honda Tiger
Regulator (kiprok) apapun bisa digunakan, selama diperuntukkan ke sistem kelistrikan fullwave. Jangan lupa, lengkapi dengan soket regulator yang sesuai …
Soket 6-kaki untuk kiprok Honda Tiger
Soket 6-kaki untuk kiprok Honda Tiger
Kencangkan jepitan skun (terminal) kabel dengan tang khusus (crimping kabel). Kalo perlu lapisi lagi dengan solder dan tutup dengan selang bakar. Ini untuk mencegah terjadinya “bad contact” yang bisa menimbulkan percikan listrik (fong) dan mengakibatkan soket / kabel terbakar.
Pada saat memasang regulator baru tersebut, usahakan bodi regulator menempel erat pada rangka motor agar panas yg dihasilkan regulator bisa tersebar baik.
Karena penggantian regulator, tentu harus ada sedikit rombakan pada jalur-jalur kabelnya :) Contohnya bisa dilihat pada skema di bawah ini:
Instalasi stator, regulator dan jalur kabel
Seperti pada skema, pin#2 regulator harus terhubung ke jalur output kontak. Fungsinya untuk memonitor voltase drop dijalur tersebut dan mengatur besaran output stator. Tanpa itu, voltase output bisa berlebih dan aki beresiko overcharge.
————
Jadi, pada dasarnya, modifikasi sistem kelistrikan fullwave adalah sama untuk berbagai tipe sepeda motor … bedanya paling banter cuma terletak pada desain stator dan warna kabel doang :D
Nah, yang punya niat tuk modifikasi sistem kelistrikan motornya, baca dan simak artikel ini baik-baik … cetak ke kertas kalo perlu. Karena artikel-artikel berikutnya kemungkinan cuma nunjukin posisi ground stator aja :)
————
Apakah setelah modip harus ganti aki berkapasitas gede?
Tergantung kebutuhan… Fungsi aki nggak beda ama batere cas (chargeable battery) … bisa nyimpan dan nyuplai listrik dalam durasi yang relatif lama. Yang jelas keberadaan aki adalah WAJIB meski kerjanya bisa dibilang nggak 100% kontinyu.
Pada saat putaran mesin rendah atau bahkan tidak menyala, voltase_output_regulator < voltase_output_aki. Pada kondisi ini aki menjadi suplier listrik ke beban-beban listrik seperti lampu, klakson, starter elektrik, dll. Namun ketika putaran mesin meningkat, hingga voltase_output_regulator > voltase_output_aki, maka aki “berhenti” menyuplai listrik, karena potensial listriknya lebih rendah daripada potensial listrik dari regulator — sama kayak air, listrik mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah — sehingga pada kondisi ini listrik disuplai oleh alternator (setelah dikonversi ke DC & dilimit oleh regulator), sementara aki berfungsi sebagai buffer, beban (charged), dan referensi voltase bagi regulator.
Jadi, tergantung apakah motormu lebih sering dipake nangkring atau jalan (dengan berbagai pernak-pernik listrik menyala) …
Apakah setelah modip bisa pasang macam-macam aksesoris listrik?
Modifikasi sistem kelistrikan fullwave bukanlah cheat “godmode” … semua ada batasnya. Bukan berarti setelah itu motormu bisa suplai listrik tanpa batas. Jadi, pinter-pinterlah memilih & memasang pernak-pernik elektrik di motor. Sesuaikan fungsinya dan efisiensinya. Kalo ada yang lebih irit, kenapa pilih yang boros? Kalo lampu rem dengan LED bisa keliatan dari jarak 50-100m, ngapain musti pake bohlam yang boros energi? Kalo dengan headlamp 35W~55W bisa ngeliat jalanan dengan jelas ngapain pake lampu 100W? Kalo HID 35W intensitas cahayanya setara bohlam halogen 55W, ngapain pilih halogen 55W? :)
Apakah dengan aki standar berpotensi overcharge?
Yang ngatur charging itu REGULATOR :) Meski pake aki 30Ah sekalipun, kalo fungsi “monitoring” pada regulatornya error, potensi overcharge pasti ada. Jadi, selama komponen-komponen kelistrikan berfungsi normal (alternator, jalur kabel, regulator, aki, dkk) dan instalasinya benar, nggak ada masalah kalo masih pengen memakai aki standar.
Apakah modifikasi fullwave berefek menurunkan performa mesin?
Setau saya nggak ada :)
Hasil pantauan RPM monitor nggak ada perubahan / penurunan RPM (putaran mesin) yang berarti nggak ada penurunan kinerja mesin. Sekian user (yang melakukan modifikasi fullwave) malah berkomentar tarikan mesin jadi lebih enteng. Saya nggak begitu peka dengan mesin :D
Tapi kalau ingin lebih terbukti, silakan lakukan dyno-test untuk mengetahui ada nggaknya dampak negatif terhadap performa mesin … maaf, saya nggak punya alatnya :D
Wasalam …

fullwave yamaha scorpio

Modifikasi kelistrikan fullwave Yamaha Scorpio musti bongkar stator :) karena salah satu ujung kawat kumparan tertanam ke bodi/massa/ground.
Ujung kawat kumparan terhubung dengan ground
Karena syarat fullwave adalah “nggak boleh ada bagian kumparan yang tersentuh dengan ground“, maka ujung kawat tersebut harus dicabut dari solderan … dipotong juga nggak apa :D
Selanjutnya ujung kawat tadi disambungkan ke kabel tambahan … atau bisa pakai kabel/jalur spul lampu (kabel warna kuning pada stator) karena jalur ini nggak dipakai lagi nantinya.
Ujung kawat kumparan disambung kabel tambahan
Nah, kabel tambahan ini nantinya sebagai jalur pengisian (charging) seperti kabel putih pada stator.
Prinsip modifikasi halfwave ke fullwave
Jangan lupa sambungan tadi dilapis/ditutup dengan heat-shrink tube (selang bakar) supaya nggak tersentuh kemana-mana …
Sambungan diisolasi dengan selang bakar
Nantinya kabel kuning dari arah kabel bodi, yang menuju stator, dicabut dari soket dan diisolasi … ini supaya arus AC dari stator nggak nyampur dengan arus DC dari aki (karena suplai lampu nantinya diambil dari aki).
Kalo udah kelar, tinggal rakit lagi stator ke tempatnya semula. Nantinya ada 2 jalur dari stator sebagai input pengisian (charging) lansung menuju regulator, yaitu kabel putih dan kabel tambahan tadi.
Langkah selanjutnya, instalasi regulator fullwave … lebih lengkapnya bisa dilihat di sini.
Wasalam ;)

fullwave honda supra x125&karisma

Modifikasi fullwave di Honda Supra X 125 (HSX125) dan Karisma lebih gampang … nggak ada jalur spul lampu … cuma 2 tap solder di stator … satu tuk jalur charging dan satu lagi tuk grounding. Identifikasinya gampang … tab ground ada kabel hijau tersolder di situ — kabel hijau di Honda artinya jalur GROUND :D — Jadi, kawat spul yang tersolder di tab itu, pasti “ground spul” …
Stator Honda Supra X 125
Stator Honda Karisma juga mirip-mirip …
Stator Honda Karisma (maaf fotonya burem)
Modifikasinya masih tetap sama … kawat spul yang nempel di ground/bodi (A) harus dicabut dari tab ground … trus disambung ke kabel tambahan untuk dijadikan input AC ke regulator fullwave, sama seperti kabel putih pada stator.
Langkah selanjutnya sama seperti modifikasi fullwave di motor-motor lainnya …
Ganti regulator bawaan motor dengan regulator fullwave, misal, regulator Honda Tiger …
Pindah-pindah sedikit jalur-jalur kabelnya (bisa lihat di artikel “Fullwave: Instalasi Regulator Honda Tiger“).
Ntar saya lengkapi lagi skemanya … kalo sempat :D
Wasalam

fullwave honda blead

Nambah koleksi per-fullwave-an :D
Kali ini Honda Blade … dapat sumbangan foto stator Honda Blade dari agan emeser & singgih22 @ kaskus.us :D
Stator Honda Blade
Posisi tab soldernya mirip banget dengan stator Honda Beat. Nyari ground spul juga gampang … di tab mana ada kabel hijau tersolder — kabel hijau di Honda adalah jalur standar untuk ground — di tab itulah kawat spul nge-ground :D
Posisi tab ground stator Honda Blade
Selanjutnya tinggal ikuti langkah-langkah modifikasi fullwave Honda Beat, di sini dan di sini … atau ikuti prinsip dasar modifikasi fullwave dengan regulator Tiger di sini.
Selamat berjuang ;)